Rabu, 19 Maret 2014

ALBERT HIGHET MENGANGGAP PIKIRAN MANUSIA YANG TIDAK TERTUNDUKKAN AKHIRNYA TERJENGKANG OLEH AL-QUR'AN SURAH AR-RA'AD AYAT 3

Segumpal otak manusia yang hanya beratnya setengah kilogram berisi trilyunan ingatan, kebiasaan, aktivitas, kreativitas, kecemasan dan harapan suatu cita-cita. Di dalam otak pula tersimpan pola-pola, ritme-ritme, volume-volume, rekapitulasi dan rangsangan-rangsangan. Begitulah Allah menciptakan otak manusia sebagai mesin yang tidak berhenti sampai menjelang ajal manusia datang. Penciptaan manusia melupakan nafsu fisik yang mencari jalan lurus dengan rohman Al-Qur'an dan sunnah Rasulullah SAW. Bila melihat bangsa yunani peradaban dan kemajuannya kepada kebahagiaan hidup dan memperbanyak wawasan diri materi atau benda-benda alam semesta, tetapi mereka tidak melihat siapa pencipta alam semesta. Yang mereka lihat hanyalah kehidupan manusia yang membutuhkan hasil dari manfaat benda yang dihasilkan oleh pemikiran. Pengaruh zaman membuat manusia menjadi berubah prinsip dan sikap. Maka negara maju dan berkembang karena cara berpikirnya akan terjegal oleh keputusasaan. Namun begitu orang-orang bersandar pada realitas hasil berpikir, akan muncul nabi-nabi pemikiran yang dianut kaum terpelajar dan akademisi. Mengikuti pemikiran Homerus, Aeschyus, Arithopanes, Thyucydides, Plato, Arsitoteles. Para pemikir ini dianggap, karena manusia tidak mempercayai agama dan Tuhan. Bagi pemeluk agama Islam, Al-Qur'an merupakan pedoman dalam kehidupan sehari-hari. Termaktub dalam Al-Qur'an, akal dan berpikir itu untuk melihat penciptaan Allah SWT. Sehingga akal dan pikiran umat Islam tidak menyimpang dari aturan, tidak menyimpang dari hukum-hukum Allah SWT dan mematuhi vonis Allah SWT. Al-Qur'an menjelaskan pada surah Ar-Ra'ad dalam ayat 3 sebagai berikut : Dan Dialah Tuhan yang membentangkan bumi dan menjadikan gunung-gunung dan sungai-sungai padanya. Dan menjadikan padanya semua buah-buahan berpasang-pasangan. Allah menutup malam kepada siang. Sesungguhnya pada yang demikian terdapat tanda-tanda kebenaran Allah bagi kaum yang memikirkan. Seharusnya melihat Indonesia atau melihat dunia dengan Al-Qur'an dan sunnah Rasulullah SAW sebagai sumber berpikir tentang penataan kehidupan bernegara dan berbangsa di mana hukum-hukum syariat Islam memberikan perlakuan manusia untuk bertindak adil dalam kebenaran. Umat muslim harus menghindarkan diri dari ketidakjelasan yang dipenuhi penyimpangan pada kejujuran dan kelicikan yang memupus cara berpikir terhadap realitas-realitas dan kemungkinan-kemungkinan. Penganut nabi pemikiran Homerus-Aeschyus-Aristoteles-Aritophanes-Thucydides-Plato menjadikan demokrasi sebagai penataan berpikir dan berbuat mengakibatkan Indonesia rusak berat dalam akhlaq, dalam berpikir, dan dalam berbuat. Indonesia saat ini di tengah suasana dan keadaan kehidupan bercampur kepada kemunafikan dan kekafiran. Al-Qur'an mengajak manusia berpikir tentang penciptaan alam raya yang luas. Tentang penciptaan jin dan manusia dimana Allah Yang Maha Esa memegang kekuasaan yang mutlak menentukan segala sesuatu pada penciptaannya. Maka otak dan akal manusia disuruh berpikir mengenai hari, mengenai usia, tentang waktu, tentang ruang, dan keberadaan hakikat Allah pada seisi alam ini. Bersatulah umat Islam di seluruh Indonesia dan di dunia untuk Islam yang Satu, untuk melabrak para ahli berpikir yang menciptakan manusia penipu, manusia pendusta, manusia khianat, manusia licik, manusia anti agama dan anti Tuhan. Supaa NKRI berdasarkan Pancasila ini berada dalam lindungan Allah SWT.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar